Kelas Warna Alami Bersama Suku Baduy Posted in: Journal
Belajar merupakan proses yang terjadi sepanjang hayat dan tidak terikat waktu, tempat dan siapa mengajari siapa. Secara alami belajar adalah proses 2 arah. Bukan tentang siapa mengajari siapa, melainkan selama pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran menangkap hal yang bermanfaat artinya kita sudah belajar, kita sudah tumbuh. Prinsip ini yang terjadi ketika beberapa teman dari Suku Baduy datang ke tempat kami.

Teman-teman Baduy datang ke Tinctori lewat peran Warlami (Perkumpulan Warna Alam Indonesia) untuk belajar tentang perkebunan dan pengelolaan warna alam selama 7 hari penuh. Rencana awal adalah kami dan tim akan memberikan kelas intensif pertanian tanaman alami, penanaman bibit, panen, hingga pengolahannya menjadi pasta indigo. Dari kebun hingga karya, begitu kiranya kelas yang akan kami lakukan.


Kelas kami mulai dari kebun. Dari tempat pembibitan tanaman indigo, bagaimana siklus tanam tanaman Strobilanthes cusia ini bekerja. Kami memberikan materi tentang kualitas tanah, tinggi tangkai ideal bibit, pupuk yang digunakan, hingga perawatannya. Kami melanjutkan pada proses pembuatan indigo, perendaman, fermentasi, pelarutan dan penyimpanan. Sampai pada akhirnya semua materi dari kami telah tersampaikan.


Namun kami menyadari satu hal, bahwa kursus ini bukanlah tentang Suku Baduy belajar dari Tinctori, melainkan pembelajaran 2 arah. Kami saling belajar, bertukar pengetahuan dari daerah lain dengan ciri khasnya masing-masing. Kami belajar keunikan tradisi dan metode yang mereka bawa dari asal masing-masing. Proses belajar ini menjadi pengingat bahwa pembelajaran adalah perjalanan yang tidak pernah berhenti, tidak terbatas oleh waktu, tempat, atau siapa yang mengajarkannya.



Text: Vincentius Adi
Photo: Awan Ardiyanto